Rabu, 21 Maret 2012

api yang terbakar

uatu kesempatan ketika mengikuti doa kelompok bersama umat. Pemimpin kelompok bertanya kepada peserta apa yang sangat diharapkan saat ini. Tentu saja ada begitu banyak jawaban, seperti harapan agar segera menemukan pekerjaan yang cocok, menemukan jodoh yang dicintai, juga supaya selalu lancar dan penuh bahagia dalam menjalankan tugas setiap hari. Ketika saya ditanya, jawaban saya mencengangkan anggota kelompok. Aku menjawab bahwa aku menginginkan agar aku di tanganku ada api yang membakar, dan saya ingin agar api yang lagi terbakar itu dibuang ke dalam parokiku agar ia terbakar. Api yang kumaksudkan bukanlah api dalam arti harafiah, tetapi suatu semangat, suatu kekuatan untuk mengabdi, untuk menjadi alat yang dipakai Tuhan untuk mewartakan cinta kasihNya kepada orang yang masih belum mengenal namaNya.

Dalam Injil Luk 12:49-53 kita mendengar Yesus mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk membawa perdamaian, tetapi api yang dibawaNya. Dan Ia berharap agar api yang dibawaNya itu sungguh terbakar. Apakah anda juga ingin dibakar? Tentu kita tak ingin agar kita menjadi sate yang dipajang di atas api pembakaran. Namun yang dimaksudkan Yesus agar kita dibakar oleh api ilahi, api cinta kasih Tuhan. Yesus mencengangkan para muridNya dengan ungkapanNya di atas, yakni bahwa Ia datang membawa api yang menyebabkan perpisahan dan perceraian ke atas bumi ini.

Dalam Kitab Suci, api sering diasosiasikan dengan kehadiran Allah serta aktivitas Allah di tengah umatNya. Ketika Musa berada di tengah padang gembalaan, Yahwe menampakan kehadiranNya dalam wujud api yang menyala di tengah semak namun anehnya semak belukar tersebut tak terbakar. (Kel 3:3). Api juga menggambarkan kemuliaan Allah yang maha besar seperti dapat kita baca dalam Ezekiel 1:4,13. Api juga menyimbolkan kebenaran ilahi (2 Raja 6:17). Dalam kitab Deuteronomi api menyimbolkan kekudusan Allah. Penghukuman Allah yang adil dan setia juga disimbolkan oleh api. Di samping semua yang baik di atas, api juga menyimbolkan kemarahan Allah akan kedosaan manusia. Dalam Kitab Perjanjian Baru, api menyimbolkan kehadiran Roh Kudus yang turun ke atas para rasul dan memberikan mereka kekuatan untuk mewartakan Yesus yang bangkit. Api ilahi adalah api yang memurnikan, api yang membersihkan, api yang memberikan kekuatan untuk tampil sebagai saksi akan kebenaran.

Aksi pewartaan di Taiwan amatlah lamban. Apa alasannya? Terlalu banyak. Namun salah satu alasan yang amat mendasar adalah bahwa umat Katolik Taiwan terlalu merasa takut untuk memperkenalkan diri sebagai seorang pengikut Kristus. Bahkan ketika berada di antara teman-teman yang tak beragama mereka takut untuk membuat tanda salib ketika makan. Berhadapan dengan kenyataan seperti ini, kita sungguh membutuhkan api yang terbakar. Kita butuh kehadiran Roh Kudus di tengah kita. Kita butuh agar kita diberi keberanian untuk bersaksi tentang kebesaran cinta yang kita alami. Cinta yang melampaui cintai manusiawi. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops