uatu
kesempatan ketika mengikuti doa kelompok bersama umat. Pemimpin
kelompok bertanya kepada peserta apa yang sangat diharapkan saat ini.
Tentu saja ada begitu banyak jawaban, seperti harapan agar segera
menemukan pekerjaan yang cocok, menemukan jodoh yang dicintai, juga
supaya selalu lancar dan penuh bahagia dalam menjalankan tugas setiap
hari. Ketika saya ditanya, jawaban saya mencengangkan anggota kelompok.
Aku menjawab bahwa aku menginginkan agar aku di tanganku ada api yang
membakar, dan saya ingin agar api yang lagi terbakar itu dibuang ke
dalam parokiku agar ia terbakar. Api yang kumaksudkan bukanlah api dalam
arti harafiah, tetapi suatu semangat, suatu kekuatan untuk mengabdi,
untuk menjadi alat yang dipakai Tuhan untuk mewartakan cinta kasihNya
kepada orang yang masih belum mengenal namaNya.
Dalam Injil Luk
12:49-53 kita mendengar Yesus mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk
membawa perdamaian, tetapi api yang dibawaNya. Dan Ia berharap agar api
yang dibawaNya itu sungguh terbakar. Apakah anda juga ingin dibakar?
Tentu kita tak ingin agar kita menjadi sate yang dipajang di atas api
pembakaran. Namun yang dimaksudkan Yesus agar kita dibakar oleh api
ilahi, api cinta kasih Tuhan. Yesus mencengangkan para muridNya dengan
ungkapanNya di atas, yakni bahwa Ia datang membawa api yang menyebabkan
perpisahan dan perceraian ke atas bumi ini.
Dalam Kitab Suci, api
sering diasosiasikan dengan kehadiran Allah serta aktivitas Allah di
tengah umatNya. Ketika Musa berada di tengah padang gembalaan, Yahwe
menampakan kehadiranNya dalam wujud api yang menyala di tengah semak
namun anehnya semak belukar tersebut tak terbakar. (Kel 3:3). Api juga
menggambarkan kemuliaan Allah yang maha besar seperti dapat kita baca
dalam Ezekiel 1:4,13. Api juga menyimbolkan kebenaran ilahi (2 Raja
6:17). Dalam kitab Deuteronomi api menyimbolkan kekudusan Allah.
Penghukuman Allah yang adil dan setia juga disimbolkan oleh api. Di
samping semua yang baik di atas, api juga menyimbolkan kemarahan Allah
akan kedosaan manusia. Dalam Kitab Perjanjian Baru, api menyimbolkan
kehadiran Roh Kudus yang turun ke atas para rasul dan memberikan mereka
kekuatan untuk mewartakan Yesus yang bangkit. Api ilahi adalah api yang
memurnikan, api yang membersihkan, api yang memberikan kekuatan untuk
tampil sebagai saksi akan kebenaran.
Aksi pewartaan di Taiwan
amatlah lamban. Apa alasannya? Terlalu banyak. Namun salah satu alasan
yang amat mendasar adalah bahwa umat Katolik Taiwan terlalu merasa takut
untuk memperkenalkan diri sebagai seorang pengikut Kristus. Bahkan
ketika berada di antara teman-teman yang tak beragama mereka takut untuk
membuat tanda salib ketika makan. Berhadapan dengan kenyataan seperti
ini, kita sungguh membutuhkan api yang terbakar. Kita butuh kehadiran
Roh Kudus di tengah kita. Kita butuh agar kita diberi keberanian untuk
bersaksi tentang kebesaran cinta yang kita alami. Cinta yang melampaui
cintai manusiawi. Amin.
Rabu, 21 Maret 2012
api yang terbakar
00.06
Vrienden van Kabaresi
No comments
0 komentar:
Posting Komentar